Penjelasan Fisika Aerodinamika Pada MotoGP
Aerodinamika diambil dari kata "Aero" dan "Dinamika" yang bisa diartikan udara dan perubahan gerak dan bisa juga ditarik, sebuah pengertian yaitu suatu perubahan gerak dari suatu benda akibat dari hambatan udara ketika benda tersebut melaju dengan kencang.
Benda yang dimaksud di atas dapat berupa kendaran bermotor (mobil, truk, bus ataupun motor) yang sangat terkait hubungannya dengan perkembangan aerodinamika sekarang ini.
Adapun hal-hal yang berkaitan dengan aerodinamika adalah kecepatan kendaraan dan hambatan udara ketika kendaraan itu melaju.
Penggunaan aerodinamika hanya berlaku pada kendaraan-kendaraan yang mencapai kecepatan diatas 80 km/ jam saja, seperti yang diterapkan pada pesawat, mobil sedan, F1, atau MotoGP.
Untuk kendaraan-kendaraan yang kecepatannya dibawah 80 km/ jam aerodinamis tidak begitu diperhatikan, seperti pada mobil-mobil keluarga, mobil land rover dan sejenisnya.
Pada kendaraan yang mempunyai kecepatan diatas 80 km/jam faktor aerodinamis digunakan untuk mengoptimalkan kecepatannya disamping untuk performa mesin juga berpengaruh.
Di dunia fisika, aerodinamika bagian dari fluida dinamika. Fluida dinamika ini membahas gerakan partikel yang bebas bergerak pada umumnya (misal: air, udara, dan plasma). Jadi jelas aerodinamika ini khusus gerakan partikel udara saja.
Istilah aerodinamika sangatlah penting di dunia otomotif, khususnya MotoGP. Selain sektor mesin yang jadi fokus utama, aerodinamika jadi fokus kedua dalam pengembangan motor yang kompetitif di lintasan.
Pengaturan aerodinamika ini berhubungan dengan hukum Bernoulli. Ada rumus perinci dalam hukum Bernoulli ini, tapi kita ambil intinya saja, biar tidak terlalu panjang dan pusing.
Hukum Bernoulli ini mengatakan, bertambahnya kecepatan aliran fluida akan menurunkan tekanan udara di aera tersebut. Jadi jika kecepatan udara tinggi maka tekanan kecil, dan sebaliknya jika kecepatan udara rendah maka tekanan besar. Tekanan ini akan sebanding dengan gaya yang beroperasi di suatu obyek.
Perangkat aerodinamika akan mengatur besarnya kecepatan udara di bagian atas dan bawah perangkat. Jika kecepatan udara di atas lebih cepat, tekanan di atas lebih kecil, maka obyek akan terdorong ke atas karena gaya ke atas lebih besar.
Jika kecepatan udara di bawah lebih cepat, tekanan di atas lebih besar, maka obyek akan terdorong ke bawah karena gaya ke bawah lebih besar.
Di dunia otomotif, aerodinamika berkaitan kuat dengan gaya tekan ke bawah atau down force. Dalam kendaraan berkecepatan tinggi, khususnya di dunia balap MotoGP, down force ini sangat menentukan.
Motor MotoGP saat ini punya banyak perangkat aerodinamika (winglet, spoiler, fairing, dsb) untuk mengatur aerodinamika ini. Jadi, tugas perangkat ini adalah mengatur jumlah dan juga arah aliran udara yang menghantam kendaraan saat melaju.
Mengatur aliran udara berarti mengatur besarnya down force sekaligus akibat yang ditimbulkan down force itu sendiri. Dengan down force yang tinggi, kendaraan bisa melaju lebih stabil karena lebih melekat dengan permukaan aspal atau jalan.
Jadi simpelnya, untuk menambah down force, aliran udara di atas perangkat aerodinamika harus lebih lambat dibanding di bawah. Simpelnya begitu.
Begitu juga sebaliknya jika ingin mengurangi down force. Tapi down force yang besar tidak selalu 100% bagus. Down force yang tinggi tentu berpengaruh membuat kendaraan semakin berat.
Jika terlalu berlebihan, berpengaruh ke suspensi dan ke daya tahan ban juga, dan banyak konsekuensi lainnya. Padahal di ajang balap, keawetan ban juga jadi titik penting.
Makanya di sini fungsi utama perangkat aerodinamika, yakni untuk mengatur agar kendaraan mendapat down force sesempurna mungkin agar mobil atau motor bisa melaju dengan cepat tapi tidak punya efek samping.
Contoh kendaraan yang memakai konsep aerodinamika adalah pesawat terbang. Bisa terbangnya pesawat terbang ini tidak cuma karena mesin saja, tetapi juga peran penting aerodinamika.
Agak berkebalikan dengan kendaraan di darat, pesawat bisa terbang karena besarnya gaya tekan ke atas. Di pesawat terbang, perangkat aerodinamikanya biasanya terpasang di sayap dan sirip belakang.
Perangkat aerodinamika di pesawat terbang bisa diatur gerakannya. Pengaturan perangkat aerodinamika di pesawat ini untuk mengatur pesawat mau terbang lebih tinggi atau lebih rendah.
Benda yang dimaksud di atas dapat berupa kendaran bermotor (mobil, truk, bus ataupun motor) yang sangat terkait hubungannya dengan perkembangan aerodinamika sekarang ini.
Adapun hal-hal yang berkaitan dengan aerodinamika adalah kecepatan kendaraan dan hambatan udara ketika kendaraan itu melaju.
Penggunaan aerodinamika hanya berlaku pada kendaraan-kendaraan yang mencapai kecepatan diatas 80 km/ jam saja, seperti yang diterapkan pada pesawat, mobil sedan, F1, atau MotoGP.
Untuk kendaraan-kendaraan yang kecepatannya dibawah 80 km/ jam aerodinamis tidak begitu diperhatikan, seperti pada mobil-mobil keluarga, mobil land rover dan sejenisnya.
Pada kendaraan yang mempunyai kecepatan diatas 80 km/jam faktor aerodinamis digunakan untuk mengoptimalkan kecepatannya disamping untuk performa mesin juga berpengaruh.
Di dunia fisika, aerodinamika bagian dari fluida dinamika. Fluida dinamika ini membahas gerakan partikel yang bebas bergerak pada umumnya (misal: air, udara, dan plasma). Jadi jelas aerodinamika ini khusus gerakan partikel udara saja.
Aerodinamika Pada MotoGP
Istilah aerodinamika sangatlah penting di dunia otomotif, khususnya MotoGP. Selain sektor mesin yang jadi fokus utama, aerodinamika jadi fokus kedua dalam pengembangan motor yang kompetitif di lintasan.
Pengaturan aerodinamika ini berhubungan dengan hukum Bernoulli. Ada rumus perinci dalam hukum Bernoulli ini, tapi kita ambil intinya saja, biar tidak terlalu panjang dan pusing.
Hukum Bernoulli ini mengatakan, bertambahnya kecepatan aliran fluida akan menurunkan tekanan udara di aera tersebut. Jadi jika kecepatan udara tinggi maka tekanan kecil, dan sebaliknya jika kecepatan udara rendah maka tekanan besar. Tekanan ini akan sebanding dengan gaya yang beroperasi di suatu obyek.
Perangkat aerodinamika akan mengatur besarnya kecepatan udara di bagian atas dan bawah perangkat. Jika kecepatan udara di atas lebih cepat, tekanan di atas lebih kecil, maka obyek akan terdorong ke atas karena gaya ke atas lebih besar.
Jika kecepatan udara di bawah lebih cepat, tekanan di atas lebih besar, maka obyek akan terdorong ke bawah karena gaya ke bawah lebih besar.
Di dunia otomotif, aerodinamika berkaitan kuat dengan gaya tekan ke bawah atau down force. Dalam kendaraan berkecepatan tinggi, khususnya di dunia balap MotoGP, down force ini sangat menentukan.
Motor MotoGP saat ini punya banyak perangkat aerodinamika (winglet, spoiler, fairing, dsb) untuk mengatur aerodinamika ini. Jadi, tugas perangkat ini adalah mengatur jumlah dan juga arah aliran udara yang menghantam kendaraan saat melaju.
Mengatur aliran udara berarti mengatur besarnya down force sekaligus akibat yang ditimbulkan down force itu sendiri. Dengan down force yang tinggi, kendaraan bisa melaju lebih stabil karena lebih melekat dengan permukaan aspal atau jalan.
Jadi simpelnya, untuk menambah down force, aliran udara di atas perangkat aerodinamika harus lebih lambat dibanding di bawah. Simpelnya begitu.
Begitu juga sebaliknya jika ingin mengurangi down force. Tapi down force yang besar tidak selalu 100% bagus. Down force yang tinggi tentu berpengaruh membuat kendaraan semakin berat.
Jika terlalu berlebihan, berpengaruh ke suspensi dan ke daya tahan ban juga, dan banyak konsekuensi lainnya. Padahal di ajang balap, keawetan ban juga jadi titik penting.
Makanya di sini fungsi utama perangkat aerodinamika, yakni untuk mengatur agar kendaraan mendapat down force sesempurna mungkin agar mobil atau motor bisa melaju dengan cepat tapi tidak punya efek samping.
Contoh kendaraan yang memakai konsep aerodinamika adalah pesawat terbang. Bisa terbangnya pesawat terbang ini tidak cuma karena mesin saja, tetapi juga peran penting aerodinamika.
Agak berkebalikan dengan kendaraan di darat, pesawat bisa terbang karena besarnya gaya tekan ke atas. Di pesawat terbang, perangkat aerodinamikanya biasanya terpasang di sayap dan sirip belakang.
Perangkat aerodinamika di pesawat terbang bisa diatur gerakannya. Pengaturan perangkat aerodinamika di pesawat ini untuk mengatur pesawat mau terbang lebih tinggi atau lebih rendah.
0 Response to "Penjelasan Fisika Aerodinamika Pada MotoGP"
Post a Comment